Foto : Docs Ais Nurdin |
Sejuta Ilmu Dan Pengalaman Dalam Dunia Pkl - Penyampaian sosialisasi pencegahan Pernikahan usia dini, remaja di Desa Lion Kecamatan Posigadan Kab. Bolaang Mongondow Selatan (BOLSEL) oleh Dosen dan Mahasiswa Ilmu Hukum Kemasyarakan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Kami selaku mahasiswa PKL sangat bangga dan senang melihat antusias masyarakat Desa Lion yang begitu semangat menyambut kedatangan dosen dan mahasiswa di sambut langsung oleh Pemerintah Desa yakni Kepala Desa, Sekretaris Desa, DPD, Pemuda Karang Taruna Dan perangkat desa lainnya tak hanya itu saja masyarakat pun ikut hadir mulai dari yang muda hingga yang tua bahkan anak anak pun ikut dalam penyampaian sosialisasi yang dipaparkan langsung oleh ibu Nopiana Mozin SH. MH. Tak sedikit masyarakat memberikan pertanyaan terhadap pematateri mengenai pernikahan dini dari pertanyaan yang di sampaikan ada slah satu yang memberikan pertanyaan sekaligus menyampaikan sikap perilaku remaja tak seperti umumnya yang dilakukan pera remaja dengan adanya perilaku seperti ini meningkatkatnya pernikahan dini pada remaja bahkan beliau menyentil kurang respon pemerintah terhadap pencegahan pernikahan dini pungkas bapak Ns Botutihe Seorang mantan kepala desa yang memimpin selama 35 tahun beliau tak sekedar bertnya melainkan beliau juga memintah kepada dosen agar kiranya Kegiatan seperti ini jangan sampai berakhir disini saja akan tetapi terus berkelanjutanberkelanjutan. Dan itu sangat berkaitan apa yang telah di sampaikan oleh ibu Asmun Wantu Wantu, S.Pd, S,Mc pada saat pemberian sambutan.
Hal ini tentu menjadi catatan bagi kami semua bahwa dalam pencegahan pernikahan dini butuh peran semua pihak yang utamanya perhatian dari orang tua karena perhatian yang khusus yang di berikan orang tua terhadap anak anaknya sehingga sang anak merasakan diperdulikan dalam keluarga karena rata rata di luar sana yang nikah bi bawah umur di akibatkan oleh kurangnya perhatian yang lebih dari orang tua sampai mereka salah dalam memilih dunia pergaulan.
Telah usainya egiatan kami rombongan PKL melanjutkan perjalanan ke Kotamobagu dan besok paginya kami pun melanjutkan perjalanan ke kota Manado karena pusat pengamatan kami terletak di kota Manado singkatnya smpai ketujuan tempat untuk beristirahat di Hotel SAHID KAWANUA para dosen yang kami sudah anggap kaka sendiri memerintahkan kami untuk beristirahat karena melihat para rombongan PKL dalam keadaan lelah dalam perjalanan disamping itu para dosen memikirkan padatnya kegiatan pada besok pagi.
Pada paginya kami dibagi karena pihak kampus dari UNIMA hususnya Fakultas Ilmu Sosial membatasi mahasiswa PKL yang bisa kesana karena mencegah adanya kerumunan dan terhindar dari paparan COVID 19 ahirnya hanya bisa berangkat ke UNIMA hanya dua mobil saja yang sisanya kemakam Kyai Modjo yang Kampung Jawa Tondano Minahasa dan mobil yang saya tumpangi ke Makam Kyai Modjo di sana kami dari rombongan sambut oleh pak Arbo Baderan alias Rebo warga Kelurahan Kampung Jawa sudah 35 tahun menjaga makam tersebut. Kami pun mempertnyaan perihal sejarah Kyai Modjo kemudian beliau menjelaskan sejarah singkat Kyai Muslim Muhamad Halifah atau yang dikenal dengan Kyai Mojo (1764-1849) merupakan salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Kyai Mojo berasal dari Desa Mojo.Kyai Mojo merupakan orang yang paham dengan Kitab Suci Al-Qur’an. Karena melakukan perlawanan terhadap militer Belanda Kyai Modjo di asingkan tahun 1829 silam, sebanyak 63 rombongan pria dari Jawa menginjakkan kaki di tanah Minahasa. Dan dari rombangan itu membawa islam ketanah Minahasa dan menikahi gadis pribumi kecuali Kyai Modjo yang tak menikah. Akibat dari pengasingan itu berkembangnya islam di minahasa membentuk satu kampung yakni jaton atau di kenal kampung jawa tak hanya itu saja beliau juga meninggalkan masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo berada di Kampung Jawa Tondano. Tak berhenti disitu saja kami pun bertnya kembali perihal respon dari pemerintah minahasa.Jawab beliau Dana pemeliharaan makam berasal dari Cagar Budaya Gorontalo dan sedikit dari Pemerintah Provinsi Sulut lewat Dinas Sosial. Namun Pemerintah Kabupaten Minahasa, diakuinya tak pernah beri bantuan sepeser pun. "Pemerintah di sini tak pernah membantu.Uangnya pun nanti datang tiga bulan sekali," ujarnya sembari berharap ada perhatian dari pihak pemerintah mendengar jawaban itu kami mempertnyaan lantas bagaimana dengan upah bapak.Keikhlasan yang membuat saya tetap bertahan hingga 35 tahun menjaga makam, karena jika bicara soal kesejahteraan, rasanya masih belum bisa dikatakan sejahtera.Ia tak bisa bertahan jika hanya bergantung dengan minimnya upah yang ia terima, sehingga ia memanfaatkan lahan makam untuk berkebun. "Kalau tak berkebun, upah saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ungkap pak Rebo.Beliau menambahkan tentang keturunan Kyai Modjo dan kawan-kawannya malah tak berdomisili di Kampung Jawa Tondano, hanya segelintir orang.Mereka jugalah yang sering datang dan memberi bantuan untuk pemeliharaan makam. "Turunan terakhir banyak tinggal di Gorontalo, banyak marga Modjo di sana. Sedangkan kalau di Jaton sini dulu banyak turunan perempuannya.
Pada kami telah selesai bertnya Tanya kami berterimakasih telah memberikan kami ilmu tak hanya itu saja kami pun mengajak untuk berfoto bersama sebagai kenangan.
Telah usai dari makam Kyai Modjo kami melanjutkan perjalan untuk mencari makan sembari menunggu teman teman dari UNIMA agar untuk berjalan bersama sama ke wisata bukit kasih atau tempat Ibadah 5 agama. Bercerita pariwisata pada saat ini merupakan kebutuhan manusia, baik yang melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan dampak positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Seperti wisata Bukit Kasih adalah wisata tempat Ibadah 5 agama dengan adanya wisata ini sangat mencerminkan semboyan bhineka tunggal ika berbeda beda tetap satu jua walaupun beda agama, suku ras dan budaya namun tetap satu Indonesia. Seharusnya wisata religi seprti ini harus di jaga dan di kembangkan oleh pemerintah akan tetapi malah kebalikannya terjadi karena wisata Bukit Kasih tidak mendapatkan respon positif dari pemerintah akibatnya banyak fasilitas yang rusak contohnya anak tangga, tempat ibadah, tempat istirahat (lantainya) untuk itu membutuhkan perhatian khusus dari perhatian pemerintah guna untuk meningkatkan daya tarik terhadap wisatawan dan disamping itu pula bisa dapat meningkatkan pendapatan bagi penjual sekitar wisata tersebut.
Singkatnya kami kembali kehotel dan langsung istirahat karena dalam keadaan letih akibat kegiatannya yang padat. Pada besoknya kami ke makam Imam bonjol tak banya yang kami dapatkan di karenakan kami tidak bertnya kepada penjaga makam bahkan nama beliau pun kami tanya dan itu semua adalah kesalahan yang fatal yang kami lakukan. Cuman ada beberapa hal yang kami dapatkan dari sebuah pesan dalam sebuah gambar yang tertempel di dinding tempat sholatnya Tuanku Imam Bonjol yang letaknya tak jauh dari makam beliau hanya sekitaran kurang lebih 60 meter. Dari pesan itulah kami jadi salah satu motovasi untuk sukses dimana yang tertuliskan pada gambar "baraha ka nan nanang, mancontoh ka nan sudah artinya belajar dari mereka yang sukses dan ambil hikmat dari kegagalan orang lain" Tak itu saja kami pun melihat gambar 10 filosofi jawa yang di ajarkan oleh Sunan Kalijaga yakni: 1. Urip iko urup, hidup itu nyata : hidup itu hendaknya memberi manfaat orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita diberikan tentu akan lebih baik. 2. Memayu Hayuning bawono, abrasta, dur, hangkoro" Manusia hidup di dunia, harus mengusahakan kesalamatan, kebahagian dan kesejeteraan, serta membrantas sifat angkara murkamurka, serakah dan tamak 3.Suro diro joyo jayaningrat, lebur dening pangastutipangastuti "segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan sipat bijak lembut hati dan sabar 4. Nguluruk tanpo bolo, menang tanpo aji-aji, sugih, tanpa bodho "berjuang tanpa membawa massa; menang tanpa merendahkan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari kebendaan 5. Datan serik lamun kotaman, datan susah lamun kelangankelangan "jangan gampang sakit hati manakah musibah meninpa diri: jangan sedih manakalamanakala kehilangan sesuatu 6. Ojo gemunan, ojo gutunan, ojo kagetankagetan ""jangan mudah terheran-heran: jangan mudah menyerah: jangan mudah terkejut-kejut: jangan mudah kotokon dan manja 7. Ojo ketungkul marang kalungguhan, kadoyan lan kameraman "janganlah terobsebsi atau terkungkung oleh keinginan untuk memproleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi 8. Ojo kominter mundak keplinger, ojo cindra mundak cilaka "agar merasa paling pandai agar tidak salah arah: jangan suka berbuat curang agar tidak cilaka 9. Ojo milik barang kang melok, aja magro mundak kendo "jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah: angan berfikir berdua agar tidak kendor niat dan kendor semangat 10. Ojo adigang, adiguno "jangan sok kuasakuasa, sok besar, sok sakti.
Walaupun hanya sebuah gambar namun pesannya sangatlah mendalam untuk kehidupan dalam sehari-hari.
Sekianlah pengamatan dari saya selama PKL berlangsung, sebenarnya masih banyak yang bisa diceritakan namun tak bisa di aplisikan lewat tulisan ini.
Posting Komentar